Manajemen Penanganan Kedatangan Sapi Impor Friesian Holstein Di Koperasi Agro Niaga Jabung Syariah (KAN Jabung).

Aturizal, Mohammad Safar (2025) Manajemen Penanganan Kedatangan Sapi Impor Friesian Holstein Di Koperasi Agro Niaga Jabung Syariah (KAN Jabung). [Experiment] (Unpublished)

[img] Text (Ringkasan)
RINGKASAN.pdf - Submitted Version
Available under License Creative Commons Attribution Share Alike.

Download (10kB)
[img] Text (Bab 1 Pendahuluan)
BAB 1.pdf - Submitted Version
Available under License Creative Commons Attribution Share Alike.

Download (80kB)
[img] Text (Daftar Pustaka)
DAPUS.pdf - Submitted Version
Available under License Creative Commons Attribution Share Alike.

Download (13kB)
[img] Text (Laporan Lengkap)
LAPORAN LENGKAP.pdf - Submitted Version
Restricted to Registered users only

Download (2MB) | Request a copy

Abstract

Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan mendorong meningkatnya taraf hidup masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya kebutuhan salah satu protein hewani yaitu susu. Susu merupakan suatu bahan makanan alami dengan kandungan protein 3,15%, lemak 3,45%, laktosa 4,65%, mineral dan vitamin yang tinggi, sehingga menjadikan susu sebagai sumber bahan makanan yang essensial (Malaka, 2010). Pada tahun 2012 populasi sapi perah mengalami penurunan yaitu sebesar 611.940 ekor sedangkan pada tahun 2016 populasi sapi perah menurun yaitu sebesar 533.860 ekor (BPS et al., 2016). Sapi perah merupakan salah satu ternak penghasil susu tertinggi dibandingkan jenis ternak penghasil susu yang lain seperti kambing, domba dan kerbau, maka sapi perah mempunyai kontribusi besar terhadap pemenuhan kebutuhan susu yang terus meningkat dari tahun ke tahun (Prasetyo, 2015). Meningkatnya kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang pemenuhan gizi khususnya protein hewani juga turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan. Upaya pemenuhan kebutuhan konsumsi susu dalam negeri dapat dicapai melalui peningkatan populasi sapi perah dan produksi susu. Peningkatan tersebut dapat ditempuh melalui perbaikan secara eksternal dan internal (Blakely, J. and D.H. Bade. 1994). Salah satu faktor eksternal antara lain calving interval. Calving interval atau selang beranak merupakan jumlah hari atau bulan antara kelahiran yang satu dengan kelahiran berikutnya yang sangat berpengaruh terhadap efisiensi reproduksi sapi perah. Sudono et al. (2003) menyatakan bahwa calving interval yang bermasalah dan merugikan para peternak adalah lebih dari 14 bulan. Calving interval yang terlalu panjang akan mempengaruhi panjang masa laktasi dari sapi perah sehingga akan mengurangi efisiensi produksi susu yang dihasilkan. Izquierdo et al. (2008), menyatakan bahwa jarak antara melahirkan sampai bunting kembali yang baik adalah tidak lebih dari 4 bulan. Lama waktu kosong yang panjang disebabkan adanya keterlambatan waktu perkawinan sehingga harus menunggu masa birahi selanjutnya untuk menghasilkan kebuntingan yang berakibat pada waktu kosong yang semakin panjang. Menurut Ball dan Peters, (2007) calving interval yang baik adalah ± 365 hari atau 12 bulan. Selang beranak yang pendek merupakan suatu parameter efisiensi reproduksi yang diinginkan oleh peternak sapi khususnya peternak sapi perah karena selang beranak yang pendek akan mempercepat proses masa kosong dan masa kering sehingga produksi susu periode selanjutnya tetap maksimal. Selang beranak yang lebih pendek menyebabkan produksi susu per hari menjadi lebih tinggi dan jumlah anak yang dilahirkan pada periode produktif menjadi lebih banyak. Hardjopranjoto (1995) menyatakan bahwa perkawinan kembali setelah beranak sebaiknya dilakukan setelah bulan ke-2 tetapi tidak lebih dari bulan ke-3 setelah beranak karena diperlukan waktu minimal 30 sampai 60 hari untuk mencapai involusi uteri, yaitu kembalinya uterus dari keadaan bunting menjadi normal pada sapi. Produksi susu sapi perah Friesian Holstein di Indonesia menurut Talib et al. (2006) masih rendah yaitu berkisar antara 3.352 liter per 305 hari atau hanya mencapai 11 liter per ekor per hari, berbeda dari produksi susu sapi Friesian Holstein di Amerika Serikat yaitu sekitar 7.440 liter per 305 hari atau hanya mencapai 24,3 liter per ekor per hari. Berdasarkan Standarisasi Nasional Indonesia (2011), syarat minimum kualitas susu yaitu kadar lemak 3% sedangkan kadar protein susu sebesar 2,8%. Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh interval terhadap produktivitas susu sapi perah Friesian Holstein (FH) di kan jabung.

Item Type: Experiment
Contributors:
ContributionContributorsNIDN/NIDK
Thesis advisorAdhyatma, Muh.NIDN0028019103
Uncontrolled Keywords: KAN Jabung, Manajemen, Sapi Perah Impor
Subjects: 200 - Rumpun Ilmu Hewani > 210 - Ilmu Peternakan > 211 - Ilmu Peternakan
200 - Rumpun Ilmu Hewani > 210 - Ilmu Peternakan > 213 - Nutrisi dan Makanan Ternak
200 - Rumpun Ilmu Hewani > 210 - Ilmu Peternakan > 214 - Teknologi Hasil Ternak
200 - Rumpun Ilmu Hewani > 210 - Ilmu Peternakan > 216 - Produksi Ternak
200 - Rumpun Ilmu Hewani > 210 - Ilmu Peternakan > 217 - Budidaya Ternak
200 - Rumpun Ilmu Hewani > 210 - Ilmu Peternakan > 221 - Sain Veteriner
Divisions: Jurusan Peternakan > Prodi D3 Produksi Ternak > PKL
Depositing User: Mohammad Safar Aturizal
Date Deposited: 23 Jan 2025 03:08
Last Modified: 23 Jan 2025 03:08
URI: https://sipora.polije.ac.id/id/eprint/39218

Actions (login required)

View Item View Item