Cahyani, Dinik Dwi (2025) Teknik Polinasi Pada Produksi Benih Tanaman Cabai Rawit Hibrida (Capsicum frutescens L.) di CV Jogja Horti Lestari. [Experiment] (Unpublished)
![]() |
Text (Ringkasan)
RINGKASAN.pdf - Submitted Version Available under License Creative Commons Attribution Share Alike. Download (161kB) |
![]() |
Text (Bab 1 Pendahuluan)
BAB 1.pdf - Submitted Version Available under License Creative Commons Attribution Share Alike. Download (209kB) |
![]() |
Text (Daftar Pustaka)
DAFTAR PUSTAKA.pdf - Submitted Version Available under License Creative Commons Attribution Share Alike. Download (157kB) |
![]() |
Text (Laporan Lengkap)
LAPORAN LENGKAP.pdf - Submitted Version Restricted to Registered users only Download (2MB) | Request a copy |
Abstract
Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam famili terung-terungan (Solanaceae). Sebagai salah satu komoditas hortikultura, cabai rawit banyak dicari di pasaran karena tingkat konsumsinya yang tinggi yang sering digunakan dalam berbagai macam olahan kuliner di Indonesia. Provinsi dengan produksi cabai rawit terbesar adalah Jawa Timur (37,35%), Jawa Tengah (16,54%), dan Jawa Barat (10,88%). Tahapan budidaya cabai rawit diawali dari persiapan lahan tanam, pembibitan, penanaman dan penyulaman, pemeliharaan tanaman, roguing, polinasi, panen, dan penanganan pasca panen. Persiapan lahan tanam dilakukan sebelum dilakukan penanaman mulai dari pengolahan lahan, pembuatan bedengan, pemupukan dasar, pemasangan mulsa, pembuatan lubang tanam. Pembibitan dimulai dari persiapan benih (jenis benih yang digunakan) dan penyemaian. Pemeliharaan tanaman mulai dari pemasangan ajir, penyiangan, pengairan, pemupukan susulan, pengendalian hama dan penyakit. Sedangkan roguing tanaman cabai dilakukan ketika fase vegetatif dan generatif. Polinasi merupakan suatu proses pemindahan serbuk sari (pollen) ke kepala putik (stigma) bunga. Polinasi yang digunakan pada tanaman cabai rawit yaitu polinasi crossing. Keberhasilan polinasi dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi waktu penyerbukan, kualitas polen, masa reseptif stigma, dan polinator. Kriteria buah jadi hasil polinasi dapat dilihat 3 hari setelah polinasi yaitu dengan melihat bakal buah yang mulai membesar dan lebih menonjol. Apabila di hari ketiga setelah polinasi tidak ada perubahan dari bakal buah maka polinasi tersebut dapat dikatakan gagal, dan tangkai bunga akan layu kemudian akan rontok dengan sendirinya. Pemanenan dilakukan setelah polinasi yaitu ketika tanaman cabai berumur berumur 125-130 hari setelah semai (HSS) kemudian dilakukan penanganan pasca panen yang meliputi tahapan ekstraksi, penjemuran, sortasi, uji laboratorium, seed treatment, dan pengemasan benih.
Item Type: | Experiment | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Contributors: |
|
||||||
Uncontrolled Keywords: | Polinasi, Cabai Rawit | ||||||
Subjects: | 100 - Rumpun Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) > 110 - Ilmu IPA > 113 - Biologi 140 - Rumpun Ilmu Tanaman > 150 - Ilmu Pertanian dan Perkebunan > 152 - Hortikultura 140 - Rumpun Ilmu Tanaman > 150 - Ilmu Pertanian dan Perkebunan > 154 - Budidaya Pertanian dan Perkebunan |
||||||
Divisions: | Jurusan Produksi Pertanian > Prodi D4 Teknik Produksi Benih > PKL | ||||||
Depositing User: | Dinik Dwi Cahyani | ||||||
Date Deposited: | 07 Jul 2025 02:40 | ||||||
Last Modified: | 07 Jul 2025 02:42 | ||||||
URI: | https://sipora.polije.ac.id/id/eprint/43035 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |