Putra Kispramana, Raga (2023) Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah Dalam Fase Kering Bunting Di Upt Pembibitan Ternak Dan Hijauan Pakan Ternak Rembangan Kabupaten Jember. [Experiment] (Unpublished)
Text (Ringkasan)
D31202355_Ringkasan.pdf - Submitted Version Available under License Creative Commons Attribution Share Alike. Download (40kB) |
|
Text (Bab 1 Pendahuluan)
D31202355_Bab 1 Pendahuluan.pdf - Submitted Version Available under License Creative Commons Attribution Share Alike. Download (111kB) |
|
Text (Daftar Pustaka)
D31202355_Daftar Pustaka.pdf - Submitted Version Available under License Creative Commons Attribution Share Alike. Download (38kB) |
|
Text (Laporan Lengkap)
D31202355_Laporan Full Text.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) | Request a copy |
Abstract
Periode kering merupakan periode sapi yang sedang berproduksi dihentikan pemerahannya secara bertahap untuk mengakhiri masa laktasi. Kering kandang bertujuan untuk mengistirahatkan kelenjar ambing, mengembalikan berat badan induk yang hilang pada periode laktasi. Sapi dalam masa kering bunting tidak akan diperah pada usia bunting ke 7 bulan, karena untuk mempersiapkan proses kelahiran agar memiliki cukup nutrisi. Selain itu produksi susu pada masa kering bunting tidak maksimal dan menurun cukup drastis. Periode kering kandang di UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Pakan Rembangan dimulai pada usia bunting 6-7 bulan, sapi mulai tidak perah untuk mempersiapkan periode laktasi berikutnya, masa kering dilakukan selama 1 hingga 2 bulan. Perawatan sapi perah dalam masa kering bunting dimulai dari pemberhentian pemerahan secara berkala dan pemberhentian pemberian pakan tambahan secara berkala hingga sapi bisa diberhentikan pemerahannya. Kemudian dilakukan sanitasi, pencegahan penyakit, penanganan penyakit, pemisahan ke kandang excercise, dan steaming up jika diperlukan. 2 bulan sebelum proses melahirkan dilakukan steaming up jika sapi dalam kondisi kurus dan tidak memenuhi BCS (Body Condition Score) dan untuk pemberian pakan hijauan diberlakukan sama seperti sapi dalam masa laktasi yaitu sekitar ±28kg karena sapi di UPT Pembibitan Ternak dan HPT Rembangan memiliki bobot badan rata rata sekitar 300kg. Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan siang hari. Pengamatan sapi bunting yang dilakukan di UPT Pembibitan Ternak dan HPT Rembangan adalah dengan melakukan palpasi rektal. Palpasi per-rektal didasarkan pada kondisi uterus, ovarium dan pembuluh darah uterus sapi. Palpasi rektal dilakukan setelah melihat kalender reproduksi. Pengamatan dengan melakukan palpasi rektal juga memiliki akurasi yang lebih tinggi dibanding dengan pengamatan dari luar.
Item Type: | Experiment | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Contributors: |
|
||||||
Subjects: | 200 - Rumpun Ilmu Hewani > 210 - Ilmu Peternakan > 211 - Ilmu Peternakan 200 - Rumpun Ilmu Hewani > 210 - Ilmu Peternakan > 213 - Nutrisi dan Makanan Ternak 200 - Rumpun Ilmu Hewani > 210 - Ilmu Peternakan > 217 - Budidaya Ternak 200 - Rumpun Ilmu Hewani > 250 - Ilmu Kedokteran Hewan > 251 - Kedokteran Hewan |
||||||
Divisions: | Jurusan Manajemen Agribisnis > Prodi D3 Manajemen Agribisnis > PKL | ||||||
Depositing User: | Raga Putra Kispramana | ||||||
Date Deposited: | 01 Aug 2023 01:53 | ||||||
Last Modified: | 01 Aug 2023 01:54 | ||||||
URI: | https://sipora.polije.ac.id/id/eprint/27195 |
Actions (login required)
View Item |