Irjayanti, Duwi Wisudiawati Nur (2025) Analisis Grafik Barber Jhonson Periode Januari September 2025 Di Rumah Sakit Pelni. [Experiment] (Unpublished)
|
Text (Ringkasan)
Ringkasan.pdf - Submitted Version Available under License Creative Commons Attribution Share Alike. Download (514kB) |
|
|
Text (Daftar Pustaka)
Daftar Pustaka.pdf - Submitted Version Available under License Creative Commons Attribution Share Alike. Download (518kB) |
|
|
Text (Laporan Lengkap)
Laporan Lengkap.pdf - Submitted Version Restricted to Registered users only Download (4MB) | Request a copy |
|
|
Text (Bab 1 Pendahuluan)
Bab 1 Pendahuluan.pdf - Submitted Version Available under License Creative Commons Attribution Share Alike. Download (505kB) |
Abstract
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan Kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Tujuan didirikannya rumah sakit yaitu untuk mempermudah akses Masyarakat untuk mendapatkan pelayanan Kesehatan, memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, Masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit, memingkatkan mutu dan mmepertahankan standar pelayanan rumah sakit, memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit (UU RI NO 44, 2009, n.d.) Rekam medis merupakan sumber dari data yang dipakai untuk menyusun statistik medis, dan juga bukti tentang proses pelayanan yang diberikan oleh dokter dan tenaga medis lainnya terhadap pasien, Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan kepada pasien yang melakukan observasi, diagnosis, terapi atau rehabilitasi yang perlu menginap dan menggunakan tempat tidur serta mendapat makanan dan pelayanan perawat terus menerus. Pelayanan Rawat Inap akan dapat berpengaruh terhadap tingkat efisiensi dirumah sakit yang bertujuan untuk memulihkan keadaan pasien yang sedang sakit. Unit Rawat Inap (URI) memiliki peran yang penting bagi rumah sakit, karena sebagian besar pendapatan yang diterima oleh rumah sakit adalah dari pelayanan rawat inap. Dalam mengolah efisiensi pelayanan rawat inap dibutuhkan unit rekam medis yang mampu menunjang tercapainya tertib adminstrasi. Data yang dikumpulkan dalam pelayanan rumah sakit dari pasien rawat jalan, rawat inap dan rawat darurat. Salah satu statistik rumah sakit adalah efisiensi hunian tempat tidur. Salah satu upaya untuk menilai efisiensi pelayanan rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan adalah dengan menggunakan indikator kinerja rumah sakit, seperti Bed Occupancy Rate (BOR), Length of Stay (LOS), Turn Over Interval (TOI), dan Bed Turn Over (BTO). Keempat indikator tersebut menggambarkan sejauh mana tempat tidur rawat inap digunakan, berapa lama pasien dirawat, seberapa cepat tempat tidur kosong terisi kembali, serta seberapa sering tempat tidur digunakan dalam satu periode tertentu. Indikator pelayanan rawat inap dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan efisiensi pelayanan rawat inap suatu rumah sakit. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada bulan Januari hingga September di Rumah Sakit Pelni diketahui bahwa nilai indikator pelayananan rawat inap masih belum sesuai dengan standar Barber Johnson Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efisiensi indikator pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Pelni pada bulan Januari hingga September 2025. Teknim pengumpulan data dalam penelitian ini mengunakan observasi dan wawancara. Hasil dari penelitian ini yaitu didapatkan bahwa nilai indikator efisiensi pelayanan rawat inap per ruangan di Rumah Sakit masih belum ada memenuhi standar Barber Johnson dan belum ada yang berada di dalam daerah efisiensi Grafik Barber Johnson. Faktor yang memengaruhi efsiensi pelayanan rawat inap Rumah Sakit Pelni adalah ketersedian tempat tidur yang masih belum sebanding dengan jumlah pasien ada. Hal tersebut dikarenakan factor dari pasien isolasi sehingga tempat tidur yang tersedia dan seharusnya dapat terisi pasien manjadi tidak bisa digunakan karena pasien isolasi menggunakan rungan pasien biasa. Pasien isolasi harus dibedakan ruangannya tidak boleh dicampur dengan pasien biasa. Selain itu nilai BTO rendah pada Gedung b factor penyebabnya dikarenakan kunjungan pasien rendah sehingga berpengaruh pada BTO. Adapun saran untuk Rumah Sakit Pelni adalah melakukan perhitungan kapasitas tempat tidur dengan memisahkan antara tempat tidur khusus pasien isolasi dan tempat tidur untuk pasien non-isolasi. Dengan demikian, apabila di ruang isolasi terdapat dua tempat tidur dan tidak semuanya digunakan oleh pasien isolasi, maka tempat tidur yang kosong dapat dimanfaatkan untuk pasien non-isolasi agar tidak ada tempat tidur yang menganggur. Selain itu, rumah sakit meningkatkan promosi kepada Masyarakat khususnya untuk Gedung b agar jumlah konsumen atau pasien dapat ditingkatkan sehingga menimbulkan keuntungan bagi pihak rumah sakit dan ruangan rawat inap lebih efisien.
| Item Type: | Experiment | ||||||
|---|---|---|---|---|---|---|---|
| Contributors: |
|
||||||
| Uncontrolled Keywords: | Barber Jhonson BOR LOS TOI BTO | ||||||
| Subjects: | 340 - Rumpun Ilmu Kesehatan > 350 - Ilmu Kesehatan Umum > Sistem Informasi Kesehatan | ||||||
| Divisions: | Jurusan Kesehatan > Prodi D4 Manajemen Informasi Kesehatan > PKL | ||||||
| Depositing User: | Duwi Wisudiawati Nur Irjayanti | ||||||
| Date Deposited: | 25 Nov 2025 06:43 | ||||||
| Last Modified: | 25 Nov 2025 06:43 | ||||||
| URI: | https://sipora.polije.ac.id/id/eprint/47493 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |
